Mudah-mudahan 2024 mulai bisa memilih mitra
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI memulai kajian kelayakan untuk membangun tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar ramah lingkungan di dalam kota guna mengurangi ketergantungan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.

"Tahun ini kami buat kajian kelayakan (feasibility study/FS). Mudah-mudahan 2024 mulai bisa memilih mitra," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto di Jakarta, Senin.

Selain memilih mitra atau investor, ia berharap pada 2024 setelah ada kajian kelayakan, juga bisa langsung tahap konstruksi.

Dia menjelaskan salah satu lahan milik Pemprov DKI yang potensial menjadi tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar ramah lingkungan itu berada di Rorotan, Jakarta Utara seluas lima hektare.

Ada pun bahan bakar ramah lingkungan itu yakni batu bara yang dihasilkan dari proses memanfaatkan sampah lama dan sampah baru.

Baca juga: DLH DKI bidik lahan di Rorotan olah sampah jadi RDF

Nantinya, tempat pengolahan sampah di dalam kota di Jakarta itu, kata dia, ditujukan sebagai tempat pengolahan, bukan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).

Ia mengharapkan kapasitas pengolahan sampah di Jakarta itu nantinya mampu mengolah sekitar 2.000 ton sampah per hari, sama seperti kapasitas penggalian gunungan sampah (landfill mining) dan pengolahan sampah menjadi bahan bakar (refuse derived fuel/RDF) di TPST Bantargebang.

Asep menargetkan adanya pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu di dalam kota itu dapat mengurangi kiriman sampah ke TPST Bantargebang yang per harinya mencapai sekitar 7.500 ton dari Jakarta yang dibawa menggunakan 1.200 truk.

Sebelumnya, Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata Marullah Matali pada Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) menambahkan kalau permasalahan sampah tidak dapat dikendalikan, maka volume sampah di DKI Jakarta akan terus bertambah hingga menjadi 8.000 ton per hari.

Marullah menambahkan warga Jakarta jumlahnya mencapai sekitar 11 juta dan pada hari kerja atau jam sibuk bisa mencapai 14 juta orang.

Baca juga: DLH DKI uji coba sistem pengolahan sampah jadi bahan bakar alternatif

"Satu orang saja bisa menghasilkan sampah 0,6-0,7 kilogram sampah. Kalau kami tidak buru-buru melakukan gerakan masif mengendalikan sampah ini, maka bisa saja jumlah 8.000 ton sampah per hari," katanya.

Dari 7.500 ton sampah tersebut, sekitar 50-55 persen atau setara 3.750 ton adalah sampah dan limbah makanan. 

Saat ini, Pemprov DKI juga sedang menantikan operasional produksi RDF di TPST Bantargebang yang memasuki tahap uji coba.

Pihaknya menargetkan 1.000 sampah lama dan 1.000 sampah baru dapat diproduksi menjadi RDF atau bahan bakar alternatif untuk industri semen.

Rencananya, hasil dari produksi tersebut akan diserap oleh dua perusahaan semen Tanah Air untuk menggantikan penggunaan batu bara.

Baca juga: DLH DKI meminta Japro percepat evaluasi pemilihan mitra ITF Sunter

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023